saya coba memberikan contoh kritik:
Oleh: Aulia Choirun
Nisa
Hakikat sekolah
adalah tempat belajar siswa-siswi untuk menuntut ilmunya dengan didampingi oleh
dewan guru. Kurikulum yang dijalankan setiap sekolah dapat menggambarkan
kualitas pembelajaran. Jika kita membandingkan antara kurikulum Rintisan
Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI) dan Sekolah Standar Nasional (SSN)
tentulah memiliki perbedaan. Terbentuknya kurikulum yang berbeda ini tentunya
memiliki maksud dan tujuan yang berbeda juga. Biasanya hal ini digambarkan
melalui visi dan misi setiap sekolah.
Sekolah RSBI
menjalankan kurikulum pendidikan dengan menggunakan kurikulum yang diakui
secara Internasional. Siswa lulusan RSBI diharapkan memiliki kemampuan yang
lebih untuk ikut berperan aktif di kehidupan nasional bahkan internasional
kedepan. Tidak heran biaya untuk sekolah di RSBI pun tidak seperti di SSN yang
cenderung lebih murah. Hal ini tentu disebabkan oleh berbagai fasilitas yang
menunjang proses pembelajaran demi kenyamanan dan konsentrasi siswa. Alhasil
lulusan siswa RSBI lebih banyak memiliki peluang untuk melanjutkan jenjang
pendidikan yang diinginkannya karena mereka dianggap memiliki wawasan yang
lebih baik. Namun tak dapat dipungkiri bahwa sekolah di RSBI akan memakan
banyak biaya yang sering memberatkan orang tua siswa. Mulai dari uang gedung,
SPP, praktikum maupun sumbangan lainnya yang memakan biaya tidak sedikit.
Selain dari segi siswa yang berkompeten dalam bahasa asing dan biaya yang tinggi,
dewan guru pun harus menguasai dan memahami kurikulum internasional yang
dijalankan. Jika tidak, status RSBI akan sama saja dengan sekolah nasional
lainnya. Dan itu akan sangat merugikan.
Sedangkan
sekolah berstatus SSN menjalankan kurikulum nasional seperti yang telah
ditentukan. Mata pelajaran yang diajarkan pun tidak berbeda dengan RSBI.
Lulusan SSN tentu tidak jauh berbeda dengan lulusan sekolah RSBI. Mereka
sama-sama lulus melalui ujian nasional yang diselenggarakan oleh negara. Hanya
saja fasilitas yang disediakan di SSN sedikit berbeda, seperti ruangan yang
tidak ber-AC demi kenyamanan siswa dan kelengkapan alat-alat praktikum yang berdampak pula
kepada hasil kualitas kelulusan. Tidak salah lulusan RSBI lebih
dipertimbangkan, tapi bukan berarti lulusan SSN tidak berkompeten. Sebenarnya
hal utama yang mempengaruhi baik buruknya kualitas sekolah tergantung kepada
siswa dan dewan guru, bukan fasilitas sekolah. Fasilitas lengkap namun tidak
dijalankan sepenuhnya sama halnya dengan menghambur-hamburkan uang. Tentu saja
itu sangat merugikan banyak pihak, baik siswa, guru, orang tua, bahkan
pemerintah. Atau fasilitas yang tidak memadai ditambah dengan minat dewan guru
dan siswa menurun untuk belajar akan semakin membuat dunia pendidikan kita merugi.
Pada akhirnya
sekolah dengan status apapun harus berdasarkan kemampuan wawasan yang dimiliki.
Sehingga status yang disandang oleh setiap sekolah bisa dipertanggungjawabkan
dengan maksimal. Sekolah RSBI tidak bisa disamakan dengan sekolah terakreditasi-A.
Tentu saja berbeda. Pro dan kontra tentang sekolah berstatus RSBI maupun SSN
sebenarnya tidak perlu menjadi masalah yang besar selama hasil dari sistim
pendidikan yang telah berjalan sesuai dengan yang kita harapkan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar