Senin, 01 November 2010 | 15:23 WIB
TEMPO/K Candra Negara
TEMPO Interaktif, SURABAYA - Kepala Bidang Geologi Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral Jawa Timur Suparda mengatakan, Gunung Bromo di Kabupaten Probolinggo dan Gunung Semeru di Kabupaten Lumajang dalam status waspada.
Sedangkan lima gunung lainnya, yakni Gunung Kelud di kediri, Gunung Lamongan di Kabupaten Lumajang, Gunung Raung di Jember, Gunung Gunung Welirang di Pasuruan, serta Gunung Ijen di Banyuwangi, dalam status aktif normal.
Suparda menjelaskan hal itu berkaitan dengan aktivitas Gubung Merapi yang terus menerus memuntahkan lava panas. Menurut dia, status tujuh gunung berapi di Jawa Timur itu ditetapkan terakhir kali pada awal Oktober 2010. "Hingga sekarang statusnya belum berubah," kata Suparda ketika ditemui TEMPO di kantornya, Senin (1/11).
Dengan status waspada, Pemerintah Provinsi Jawa Timur maupun pemerintah daerah setempat telah mengeluarkan sejumlah larangan bagi pengunjung atau pendaki akan menuju Gunung Bromo dan Gunung Semeru.
Kawah Gunung Bromo adalah kawasan yang dilarang untuk didekati dari radius satu kilometer. Adapun untuk kawasan Gunung Semeru, masyarakat di Besuk Bang, serta Besuk Sat, dimintai selalu waspada terhadap lahar panas maupun lahar dingin, terutama pada saat hujan tiba.
Menurut Suparda, terjadi pertumbuhan kubah lava di kawah aktif Jongreng Sroko di Semeru yang berpotensi menimbulkan semburan material pijar. Bahkan juga berpotensi mengeluarkan awan panas yang berbahaya. ”Saat ini terlihat adanya pertumbuhan lidah lava sepanjang 500 meter," ujarnya.
Berdasarkan data ESDM Jawa Timur yang merupakan hasil pengamatan terhadap Semeru di pos Gunung Sawur, dalam bulan Oktober setidaknya terjadi 40 kali semburan asap dengan ketinggian 100-400 meter. Guguran lava pijar juga teramati sebanyak 12 kali dengan jarak luncur antara 100-600 meter dari pusat guguran.
Sementara itu, Anggota Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI) dari Institut Teknologi Sepuluh November Surabaya (ITS) Amin Widodo mengatakan, dari tujuh gunung berapi di Jawa Timur, hanya Gunung Kelud yang bersifat eksplosif (meletus). Sedangkan yang lainnya hanya bersifat effusif (lelehan). "Gunung Semeru itu magmanya sebenarnya besar, tapi karena gunungnya sangat tinggi, biasanya hanya mengumpulkan lahar di atas dan akan terjadi banjir lahar dingin jika hujan tiba," papar Amin.
Dalam sejarahnya, tambah Amin, Gunung Sememru selalu bertalian dengan Gunung Merapi. Sehingga jika terjadi peningkatan aktivitas Gunung Merapi dipastikan akan diikuti hal yang sama di Semeru. "Memang masing-masing gunung itu memiliki dapur magma yang bersifat lokal, tapi ada sejarahnya antara Merapi dan Semeru, apalagi masih satu lempeng," tutur Amin.
Amin menjamin terjadinya peningkatan aktivitas di Merapi dan Semeru tidak akan berpengaruh pada luberan lumpur Lapindo di Porong Sidoarjo. "Magma itu letaknya puluhan kilometer di bawah tanah, tapi kalau lumpur Lapindo kan tak sampai segitu," ucapnya.
Adapun Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jawa Timur Siswanto mengatakan, belajar dari Merapi, pihaknya mulai mensosialisasikan kewaspadaan terhadap seluruh warga yang berada di kawasan lereng Gunung Semeru. "Kami mulai melatih mereka untuk tanggap bencana," katanya.
Dari tujuh gunung tersebut, BPBD memfokuskan di kawasan Semeru. Telah ditetapkan dua kecamatan, yaitu Pranojiwo dan Candipuro yang mungkin terkena imbas langsung jika Semeru meletus. "Tapi kami sudah melakukan pemetaan. Kalau terjadi letusan, warga dua kecamatan ini langsung diungsikan keluar batas kecamatan," ucapnya. ROHMAN TAUFIQ.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar