Jumat, 29 Oktober 2010

Kepergian Anggota DPR ke Italia di Tengah Bencana Dinilai Tak Pantas


Jakarta - Sejumlah anggota Komisi V DPR memilih terbang ke Italia untu studi banding soal rumah susun. Padahal Indonesia tengah dilanda bencana Mentawai dan Merapi. Tindakan politisi Senayan yang terkesan tak berempati kepada para korban itu pun disesalkan.

"Timingnya tidak tepat, pada saat indonesia menderita janganlah pergi, karena bangsa ini sedang menangis, ini tidak pantas. Kok anggota DPR tidak tersentuh oleh persitiwa ini," kata ahli Komunikasi Politik UGM, Sofyan Effendi saat dihubungi detikcom, Kamis (28/10/2010).

Menurutnya, studi banding tentu diperlukan bagi anggota DPR untuk membuka cakrawala dan horizon mereka, namun itu pun dilakukan dengan perencanaan yang matang.

"Kalau studi banding dilakukan dengan benar, dengan rencana yang baik perlu juga. Ada manfaatnya," terangnya.

Namun kerap kali, studi banding yang dilakukan, hanya sekedar jalan-jalan, untuk shopping. Apalagi sekarang dilakukan di tengah bencana, justru membuat DPR menjadi semakin buruk di mata publik.

"Citra DPR akan semakin jelek, seolah mereka tidak memperhatikan sama sekali nasib rakyat saat terjadi bencana di Mentawai dan Merapi, kok masih pergi. Itu tidak pantas," tuturnya.

Justifikasi kalau semua perjalanan sudah dijadwalkan dan agenda kunjungan yang penting pun tidak akan menolong. Logikanya semua bisa ditunda, dan negara yang menerima pun akan memahami.

"Pihak sana juga pasti paham, ini lebih karena menjelang tahun anggaran habis, ini sudah Desember dan nanti tidak bisa digunakan. DPR ini hanya mementingkan diri sendiri," tutupnya.

Berdasarkan informasi yang dihimpun, kunjungan anggota Komisi V ini akan berlangsung selama lima hari. Mereka yang berangkat adalah Yasti Soepredjo Mokoagow dari Fraksi Partai Amanat Nasional (F-PAN) dan Muhidin Mohamad Said dari Fraksi Partai Golkar, masing-masing selaku ketua delegasi.

Lalu ada empat orang dari Fraksi Partai Demokrat, tiga dari dari Fraksi Partai Golkar, dua dari FPDI-P, dua orang dari FPPP, lalu masing-masing satu orang dari FPKS, FPKB dan F-Gerindra.

Sikap diam-diam ini bertentangan dengan instruksi pimpinan Dewan sebelumnya. Wakil Ketua DPR Priyo Budi Santoso, sempat menegaskan bahwa semua kunjungan ke luar negeri harus dilakukan transparan.

Source :
(ndr/fay)
http://m.detik.com

Rabu, 27 Oktober 2010

Kata Mutiara Seseorang

Kata mutiara hari ini

tak ada musuh yang tak dapat ditaklukkan oleh cinta
tak ada penyakit yang tak dapat dismebuhkan oleh kasih sayang
tak ada permusuhan yang tak dapat dimaafkan oleh ketulusan
tak ada kesulitan yang tak dapat dipecahkan oleh ketekunan
tak ada batu keraspun yang tak dapat dipeccahkan oleh kesabaran
semua itu harus berasal dari hati
bicaralah dengan bahasa hati, maka akan sampai ke hati pula
kesuksesan bukanlah semata mata betapa kerasnya otot dan betapa tajam otak kita, namun juga betapa lembut hati dalam menjalani segala sesuatu..
kita tak kan menghentikan tangis seorang bayi hanya dengan merengkuhnya dalam lengan yang kuat atau membujuknya dengan berbagai gula gula dan kata kata manis. kita harus mendekapnya hingga ia merasakan detak jantung yang tenang jauh di dalam dada kita.

Source : http://betamedialink.blogspot.com/search/label/Mistery%20Phenomenon

Air Mata Kehidupan

Suatu ketika, seorang anak bertanya kepada ibunya, Ibu, mengapa ibu menangis?
Ibunya menjawab, Sebab ibu adalah perempuan, nak.
Saya tak mengerti ibu, kata si anak.
Ibunya hanya tersenyum dan memeluknya erat.
Nak, kau memang tak akan mengerti…

Kemudian si anak bertanya kepada ayah nya.
Ayah, mengapa ibu menangis?
Ibumu menangis tanpa sebab yang jelas, sang ayah menjawab.
Semua perempuan memang sering menangis tanpa alasan.

Si anak membesar menjadi remaja,
dan dia tetap terus bertanya-tanya,
mengapa perempuan menangis?
Hingga pada suatu malam,
ia bermimpi dan bertanya kepada Tuhan,
Ya Allah, mengapa perempuan mudah menangis?
Dalam mimpinya ia merasa seolah mendengar jawapannya:

Saat Ku ciptakan wanita, Aku membuatnya menjadi sangat utama.
Kuciptakan bahunya, agar mampu menahan seluruh beban dunia dan isinya,
walaupun juga bahu itu harus cukup nyaman dan lembut untuk menahan kepala bayi yang sedang tertidur.
Kuberikan wanita kekuatan untuk dapat melahirkan bayi dari rahimnya, walau kerap
berulangkali menerima cerca dari si bayi itu apabila ia telah membesar.

Kuberikan keperkasaan yang akan membuatnya tetap bertahan,
pantang menyerah saat semua orang sudah putus asa.
Ku berikan kesabaran jiwa untuk merawat keluarganya walau dia sendiri letih, walau sakit, walau penat, tanpa berkeluh kesah.
Kuberikan wanita perasaan peka dan kasih sayang untuk mencintai semua anaknya dalam kondisi dan situasi apapun.
Walau setiap kali anak-anaknya itu melukai perasaan dan hatinya.
Perasaan ini pula yang akan memberikan kehangatan pada anak-anak yang mengantuk menahan lelap.
Sentuhan inilah yang akan memberikan kenyamanan saat didekap dengan lembut olehnya.

Kuberikan wanita kekuatan untuk membimbing suaminya melalui masa-masa sulit dan menjadi pelindung baginya.
Sebab bukankah tulang rusuk yang melindungi setiap hati dan jantung agar tak terkoyak.
Kuberikan kepadanya kebijaksanaan dan kemampuan untuk memberikan pengertian dan
menyedarkan bahwa suami yang baik adalah yang tak pernah melukai isterinya.
Walau seringkali pula kebijaksanaan itu akan menguji
Setiap kesetiaan yang diberikan kepada suami agar tetap berdiri sejajar.
Saling melengkapi dan saling menyayangi.

Dan akhirnya, Kuberikan ia air mata, agar dapat mencurahkan perasaannya.
Inilah yang khusus kepada wanita, agar dapat ia gunakan bila masa pun ia inginkan.
Ini bukan kelemahan bagi wanita, kerana sebenarnya air mata ini adalah air mata kehidupan....

Kariya : cindaybiru

Jenazah Mbah Maridjan Posisi Sujud



YOGYAKARTA - Empat dari 13 jenazah yang masuk ke kamar jenazah RS Sardjito pada Rabu pagi (27/10/2010), diduga kuat satu di antaranya adalah jenazah Mbah Maridjan. Kepala Hums RS Sardjito Kresno Heru Nugroho menyebutkan sejumlah ciri-ciri khusus yang ada pada Mbah Marijian.

"Satu dari empat jenazah yang belum teridentifikasi, diduga Mbah Maridjan. Ini didasarkan pada ciri-ciri seperti, dia mengenakan sarung, baju batik, dan ditemukan di rumah Mbah Maridjan di Dusun Kinah Rejo (Desa Umbul Harjo Kecamatan Cangkringan Sleman Yogyakarta)," kata Heru di RS Sardjito, Rabu (27/10/2010).

Meski demikian, pihak rumah sakit harus lebih dahulu melakukan indetifikasi dan tes DNA untuk memastikan bahwa mayat dengan posisi bersujud itu adalah Mbah Maridjan.

Mbah Maridjan
SEJAK peritiwa Gunung Merapi batuk dan hendak meletus tahun 2006, nama Mbah Maridjan semakin terkenal. Lalu, siapakah sebenarnya sosok Mbah Maridjan, mungkin banyak kalangan belum mengetahui tokoh fenomenal ini.

Mbah Maridjan memiliki nama asli Mas Penewu Suraksohargo. Pria yang menjadi bintang iklan sebuah produk minuman berenergi ini lahir di Dukuh Kinahrejo, Desa Umbulharjo, Cangkringan, Sleman pada tahun 1927.

Ia merupakan seorang juru kunci Gunung Merapi. Amanah sebagai juru kunci ini diperoleh dari Sri Sultan Hamengkubuwono IX. Setiap Gunung Merapi akan meletus, warga setempat selalu menunggu komando dari beliau untuk mengungsi.

Sebelumnya, ia mulai menjabat sebagai wakil juru kunci pada tahun 1970. Jabatan sebagai juru kunci, ia sandang sejak tahun 1982.

Mbah Maridjan mempunyai tiga anak di antaranya, Mbah Ajungan, Raden Ayu Surjuna, dan Raden Ayu Murjana. Anak pertama Mbah Maridjan, Mbah Ajungan menjadi penasihat presiden Sukarno tahun 1968-1969, kemudian menjadi wali Mangkunagara VIII tahun 1974-1987.

Kesiapsiagaan Menghadapi Bahaya Letusan G. Merapi





Berdasarkan pengalaman saksi mata yang dipaparkan itu, terdapat beberapa kenyataan kritis yang penting dan dapat digunakan sebagai pendekatan dalam kesiapsiagaan menghadapi bahaya letusan G. Merapi, antara lain :

1. Sebaran awan panas dikontrol oleh volume longsoran, morfologi kaki gunungapi dan alur-alur sungai. Untuk kasus ini lebar sebaran maksimum 250 m dari dinding alur sungai, serta panjang sebaran maksimum sekitar 6.500 m dari pusat erupsi. Pusat aliran awan panas cenderung ke arah bukit Turgo / sisi lengkung luar lembah kali Boyong.

2. Kecepatan gerak awan panas dikontrol kemiringan lereng. Untuk kasus ini, waktu tempuh sekitar lima menit, atau dengan kecepatan gerak lebih 75 km/jam. Gerak pada pusat aliran memberikan tekanan yang besar, dan semakin berkurang pada tepi aliran.

3. Suhu awan panas sangat tinggi, namun hanya mempunyai durasi yang singkat (beberapa detik sampai kurang dari satu menit). Hal ini menguntungkan karena efek bakar umumnya hanya terjadi pada kontak langsung.

4. Gangguan medis ikutan selain efek bakar disebabkan oleh pasir dan abu yang masuk ke mulut, telinga dan hidung, serta bau belerang dan tanah mencolok hingga sesak nafas.Mempertimbangkan kenyataan kritis tersebut diatas maka dapat dilakukan pendekatan mitigasi bencana dengan “cara lain”. Perlu kewaspadaan bencana alam gununga­pi yang diadakan dan juga bertumpu oleh masyarakat. Model ini dimulai dengan mengajak masyarakat memahami posisi keruangannya yang berada di kawasan rawan bencana, sampai pada masyarakat mempunyai kemampuan untuk melakukan kesiapsiagaan terhadap ancaman letusan gunungapi. Secara swadaya diharapkan masyarakat mampu memproteksi / melindungi diri secara kelompok maupun pribadi terhadap bahaya bencana gunung Merapi. Memperhatikan kenyataan kritis itu pula, maka akan lebih baik jika :

5. Masyarakat selalu memahami dan tanggap terhadap semua gejala awal, dan mampu memberikan informasi atau melakukan mobilisasi warga dalam waktu singkat. Pada kasus ini maksimal selama lima belas menit.

6. Masyarakat menghindari mendirikan pemukiman dan bahkan melakukan kegiatan pada kawasan sangat rawan, yaitu zona dengan jarak sedikitnya 250 m dari dinding alur sungai, pada jarak sekitar 6.500 m dari pusat erupsi.

7. Penguatan kemampuan masyarakat sehingga dapat segera berlindung pada tempat yang aman (bunker, misalnya) dalam waktu singkat yang tahan terhadap hempasan dan suhu tinggi, serta tidak terjadi kontak langsung untuk waktu yang cukup singkat. Bak kamar mandi dengan selang untuk pelengkap bernafas, misalnya.

Diambil dari blog ET. Paripurno: http://geohazard.blog.com/1054854/

Manfaat Baju, Topi dan Sandal Saat Awan Panas Datang



Topi memberi manfaat cukup penting. Kondisi rambut saksi mata korban cenderung berbeda berdasarkan posisi. Rambut saksi mata korban di Turgo cenderung terbakar atau gimbal dan berdiri, sementara saksi mata korban di Kaliurang hanya sebagian kecil yang terbakar atau gimbal dan berdiri. Saksi mata korban yang memakai topi, kondisi rambutnya cenderung tidak apa-apa. Pakaian yang dikenakan memberikan makna proteksi penting. Seluruh saksi mata korban merasa terselamatkan oleh pakaian yang dikenakan, karena bekas luka bakar terkena pada bagian yang terbuka. Saksi mata korban umumnya mengenakan baju lengan pendek, dan menunjukan luka bakar berupa lubang-lubang di Turgo dan tidak apa-apa di Kaliurang. Saksi mata korban memakai kaos lengan pendek. Kondisi kaos saksi mata korban di Turgo berlubang-lubang dan di Kaliurang tidak apa-apa. Saksi mata korban di atas kali Boyong mengenakan kaos lengan panjang dan menampakan kondisi berlubang-lubang. Celana yang dikenakan saksi mata korban umumnya celana panjang. Dari jumlah tersebut hanya sebagian kecil yang terbakar. Saksi mata korban yang mengenakan celana pendek, kakinya terbakar semua. Saksi mata korban yang mengenakan sandal atau sepatu, kakinya tidak terbakar. Saksi mata korban yang tidak memakai sandal atau sepatu cenderung mengelupas di bagian telapak kaki. Setelah awan panas selesai, semua saksi mata korban mengatakan masih mampu berjalan, sambil membopong anak dan bahkan mampu berlari. Waktu yang diperlukan untuk evakuasi mulai penemuan korban sampai pengangkutan ke rumah sakit sangat beragam. Korban umumnya segera ditemukan oleh penolong, hanya sebagian kecil yang tidak tahu karena pingsan atau merasa cukup lama.

Kecepatan Gerak dan Suhu Awan Panas



Awan panas bergerak cepat dan berada di lokasi dalam waktu singkat. Disadari bahwa kecepatan awan panas sampai di lokasi dalam waktu singkat, kurang dari satu menit. Saksi mata di Kaliurang melihat awan panas lebih dulu menyerang kawasan Turgo dengan menghancurkan pemukiman dan hutan, baru kemudian melanda Kaliurang. Kecepatan gerak awan panas sangat berhubungan dengan besar tekanan yang diberikan, yang tergantung posisi terhadap alur utama (kali Boyong) dan morfologi penghalang (bukit Turgo dan Plawangan). Secara umum gerak awan panas sangat cepat. Gerakan awan panas di barat kali Boyong lebih kuat dibanding dengan di timur kali Boyong. Saksi mata bukan korban melihat proses perjalanan “serangan” awan panas dari puncak Merapi sampai menyerang Turgo kurang dari 10 menit. Serangan awan panas hanya berlangsung sekali dan setelah itu tidak ada lagi. Namun setelah awan panas menyerang, Merapi masih mengeluarkan awan panas tapi relatif kecil.Sebaran butir dan arah gerak awan panas tergantung posisi saksi mata terhadap terhadap alur utama, kali Boyong itu, dan morfologi penghalang, bukit Turgo dan Plawangan. Di barat kali Boyong awan panas menyerupai hujan pasir yang tertiup angin, bergerak miring dari arah utara atau timur laut. Di dalam alur kali Boyong, awan panas seperti hujan kerikil dari arah utara. Di timur kali Boyong awan panas seperti hujan pasir dan abu yang tertiup angin, sesuai arah angin dari timur dan timur laut. Kecepatan gerak awan panas di sebelah timur kali Boyong lebih memberikan kesempatan para saksi mata untuk bereaksi menyelamatkan diri dibanding di sebelah barat. Sebagian saksi mata di timur kali Boyong, walaupun akhirnya menjadi korban, masih sempat memberikan tanda bahaya ke warga desa yang berada di lembah kali Boyong.



Saat awan panas menerpa, saksi mata cenderung masih dapat berdiri untuk berlari ataupun berlindung. Beberapa tidak dapat berdiri karena jatuh akibat hembusan awan panas yang kuat, atau jatuh karena tertimpa rumah yang roboh. Bagian dalam awan panas terasa kering dan pasirnya terasa panas dengan bau belerang bercampur bau lumpur yang menyengat. Awan panas menyebabkan gangguan pernapasan, sesak napas dan bahkan tidak bisa bernapas sama sekali. Meskipun telah melakukan berbagai tindakan perlindungan, butiran pasir tetap masuk ke mulut, hidung atau telinga. Gerakan perlindungan secara reflek dilakukan dengan menutup wajah dengan tangan, atau menutupi tengkuk dengan kedua tangan sambil menundukan wajah. Meskipun tetap kemasukan butiran awan panas di mulut, hidung maupun telinga, namun upaya perlindungan seperti itu setidaknya telah menyelamatkan wajah responden.

Diambil dari blog ET. Paripurno: http://geohazard.blog.com/1054854/

Awan Panas, Panas Betul



Sebuah kenyataan tidak menarik ketika masyarakat yang tinggal di kawasan rawan bencana gunungapi, tetapi kurang memahami dengan baik resiko letusan gunungapi yang diakibatkannya. Sebelum 22 Nopember 1994, sebagian besar masyarakat Turgo dan sekitarnya cenderung belum tahu bahaya awan panas. Pada saat terjadi awan panas, lokasi saksi mata dapat dibagi menjadi tiga posisi, di sekitar Turgo, di sekitar kali Boyong dan di sekitar Kaliurang . Jarak saksi mata korban di Turgo dan Kaliurang dengan puncak Merapi sekitar 6.000 - 6250 meter, dengan jarak maksimum saksi sekitar 250 meter dari tebing sungai Boyong. Reaksi atas munculnya awan panas beraneka ragam. Sebagian saksi mata merasa telah muncul sebuah tanda buruk sehingga mengambil keputusan untuk lari, merasa takut, bingung. Beberapa saksi juga ingin tahu apa yang terjadi. Akhirnya semua korban melakukan upaya penyelamatan diri, antara lain dengan masuk ke dalam rumah atau lari ke luar rumah dan tidak bisa berbuat apa-apa karena rumahnya roboh.Awan panas merupakan “pengalaman baru” bagi para saksi mata.



Pengetahuan mengenai awan panas didapatkan dari cerita orang tua-tua tentang peristiwa awan panas tahun 1961 dan pindahnya orang-orang desa sekitar Ngori, Patuk dan Sembung. Beberapa saksi mata menganggap awan panas tidak berbahaya bagi kawasannya karena lazimnya awan panas meluncur ke arah barat dan barat daya, ke Kali Krasak. Olah karena itu sebagian besar saksi mata baru mengetahui bahwa awan panas itu berbahaya setelah peristiwa tersebut. Makna “pengalaman baru” ini menjadikan para saksi mata tidak saling memperingatkan dan merasa tidak ada yang memperingatkan akan adanya letusan gunungapi. Termasuk juga tidak ada sistem peringatan dan informasi dini dari instansi terkait. Peringatan hanya diterima oleh sebagian kecil saksi mata karena dapat melihat G. Merapi dan mengetahui awan panas mulai turun. Kebetulan sebagian saksi mata berada pada posisi yang tidak dapat melihat G. Merapi karena tertutup bukit Turgo.Bentuk, warna dan kondisi awan panas ternyata cenderung berbeda menurut posisi. Saksi mata bukan korban yang berada di barat kali Boyong melihat awan panas seperti asap tebal berwarna hitam, dan merah bergulung‑gulung. Saksi mata yang terjebak di tengah awan panas melihat awan panas berwujud seperti abu berwarna hitam, merah dan coklat. Di bagian tepi, awan panas terlihat seperti asap tebal kemerahan dan percikan api yang merah membara. Bara api yang telah di tanah berloncat-loncat. Saksi mata bukan korban di timur kali Boyong melihat awan panas seperti asap tebal berwarna hitam, abu-abu, dan merah bergulung‑gulung di bagian bawah, dan bergumpal-gumpal semakin besar dan warna berubah menjadi bening. Setelah proses itu selesai, suasana menjadi terang kembali. Beberapa saksi mata korban merasakan gelap pekat seperti malam. Selanjutn­ya kondisi berangsur normal ditandai dengan kepekatan awan panas yang berkurang, sampai udara jernih kembali, namun awan panas kecil masih berguguran.

Diambil dari blog ET. Paripurno: http://geohazard.blog.com/1054854/

Minggu, 24 Oktober 2010

Air Mata Kehidupan

ayangkanlah sebuah kolam luas,
Kolam itu tenang,
saking tenangnya terlihat bak kaca.

Tiba-tiba hujan deras turun..
Bayangkan,
ada berjuta bulir air hujan yang jatuh di atas air kolam, membuat riak..
Jutaan rintik air yang terus-menerus berdatangan

membentuk riak, kecil-kecil memenuhi seluruh permukaan kolam…

Begitulah kehidupan ini,
bagai sebuah kolam raksasa.
Dan manusia bagai air hujan yang berdatangan terus-menerus, membuat riak..
Riak itu adalah gambaran kehidupannya.

Siapa yang peduli dengan sebuah bulir air hujan yang jatuh ke kolam, menit sekian, detik sekian? Ada jutaan bulir air hujan lain, bahkan dalam sekejap riak yang ditimbulkan tetes hujan barusan sudah hilang, terlupakan, tak tercatat dalam sejarah…

Siapa yang peduli dengan anak manusia yang lahir tahun sekian, bulan sekian, tanggal sekian, jam sekian, menit sekian, detik sekian? Ada miliaran manusia, dan bahkan dalam sekejap, nama, wajah, dan apalah darinya segera lenyap dari muka bumi! Ada seribu kelahiran dalam setiap detik, siapa yang peduli?
Itu jika engkau memandang kehidupan dari sisi yang amat negatif..

Kalau engkau memahaminya dari sisi positif,
maka kau akan mengerti ada yang peduli atas bermiliar-miliar bulir air yang membuat riak tersebut,
Peduli atas riak-riak yang kau timbulkan di atas kolam, sekecil atau sekejap apapun riak itu..

Dan saat kau menyadari ada yang peduli,
maka kau akan selalu memikirkan dengan baik semua keputusan yang akan kau ambil..
Sekecil apapun itu, setiap perbuatan kita memiliki sebab-akibat..

Siklus sebab-akibat itu sudah ditentukan..
Tak ada yang bisa mengubahnya, kecuali satu!
Yaitu Kebaikan..
Kebaikan bisa mengubah takdir..
Nanti engkau akan mengerti, betapa banyak kebaikan yang kau lakukan tanpa sengaja telah merubah siklus sebab-akibat milikmu..
Apalagi kebaikan-kebaikan yang memang dilakukan dengan sengaja..

Seseorang yang memahami siklus sebab-akibat itu,
Seseorang yang tahu bahwa kebaikan bisa mengubah siklusnya,
Maka dia akan selalu mengisi kehidupannya dengan perbuatan baik..
Mungkin semua apa yang dilakukannya terlihat sia-sia,
Mungkin apa yang dilakukannya terlihat tidak ada harganya bagi orang lain,
Tapi dia tetap mengisi sebaik mungkin…

(Rembulan Tenggelam di Wajahmu – Tereliye)

Lama Gak Ketemu

Hhhhmmmm
yang pertama tetep jadi yang pertama...
kaki udah sengaja ditusukin ke duri - duri tanaman ephorbia
diem, cuma ngelamun, gk tahu apa yang lagi dipikirin
apes dech....kacau banget pagi ini
males mau nulis, tauk wes....