Rabu, 27 Oktober 2010

Kecepatan Gerak dan Suhu Awan Panas



Awan panas bergerak cepat dan berada di lokasi dalam waktu singkat. Disadari bahwa kecepatan awan panas sampai di lokasi dalam waktu singkat, kurang dari satu menit. Saksi mata di Kaliurang melihat awan panas lebih dulu menyerang kawasan Turgo dengan menghancurkan pemukiman dan hutan, baru kemudian melanda Kaliurang. Kecepatan gerak awan panas sangat berhubungan dengan besar tekanan yang diberikan, yang tergantung posisi terhadap alur utama (kali Boyong) dan morfologi penghalang (bukit Turgo dan Plawangan). Secara umum gerak awan panas sangat cepat. Gerakan awan panas di barat kali Boyong lebih kuat dibanding dengan di timur kali Boyong. Saksi mata bukan korban melihat proses perjalanan “serangan” awan panas dari puncak Merapi sampai menyerang Turgo kurang dari 10 menit. Serangan awan panas hanya berlangsung sekali dan setelah itu tidak ada lagi. Namun setelah awan panas menyerang, Merapi masih mengeluarkan awan panas tapi relatif kecil.Sebaran butir dan arah gerak awan panas tergantung posisi saksi mata terhadap terhadap alur utama, kali Boyong itu, dan morfologi penghalang, bukit Turgo dan Plawangan. Di barat kali Boyong awan panas menyerupai hujan pasir yang tertiup angin, bergerak miring dari arah utara atau timur laut. Di dalam alur kali Boyong, awan panas seperti hujan kerikil dari arah utara. Di timur kali Boyong awan panas seperti hujan pasir dan abu yang tertiup angin, sesuai arah angin dari timur dan timur laut. Kecepatan gerak awan panas di sebelah timur kali Boyong lebih memberikan kesempatan para saksi mata untuk bereaksi menyelamatkan diri dibanding di sebelah barat. Sebagian saksi mata di timur kali Boyong, walaupun akhirnya menjadi korban, masih sempat memberikan tanda bahaya ke warga desa yang berada di lembah kali Boyong.



Saat awan panas menerpa, saksi mata cenderung masih dapat berdiri untuk berlari ataupun berlindung. Beberapa tidak dapat berdiri karena jatuh akibat hembusan awan panas yang kuat, atau jatuh karena tertimpa rumah yang roboh. Bagian dalam awan panas terasa kering dan pasirnya terasa panas dengan bau belerang bercampur bau lumpur yang menyengat. Awan panas menyebabkan gangguan pernapasan, sesak napas dan bahkan tidak bisa bernapas sama sekali. Meskipun telah melakukan berbagai tindakan perlindungan, butiran pasir tetap masuk ke mulut, hidung atau telinga. Gerakan perlindungan secara reflek dilakukan dengan menutup wajah dengan tangan, atau menutupi tengkuk dengan kedua tangan sambil menundukan wajah. Meskipun tetap kemasukan butiran awan panas di mulut, hidung maupun telinga, namun upaya perlindungan seperti itu setidaknya telah menyelamatkan wajah responden.

Diambil dari blog ET. Paripurno: http://geohazard.blog.com/1054854/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar