Jumat, 19 April 2013

BAGAIMANA PUN STATUSNYA WAJIB DIPERTANGGUNGJAWABKAN


saya coba memberikan contoh kritik:
Oleh: Aulia Choirun Nisa
Hakikat sekolah adalah tempat belajar siswa-siswi untuk menuntut ilmunya dengan didampingi oleh dewan guru. Kurikulum yang dijalankan setiap sekolah dapat menggambarkan kualitas pembelajaran. Jika kita membandingkan antara kurikulum Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI) dan Sekolah Standar Nasional (SSN) tentulah memiliki perbedaan. Terbentuknya kurikulum yang berbeda ini tentunya memiliki maksud dan tujuan yang berbeda juga. Biasanya hal ini digambarkan melalui visi dan misi setiap sekolah.
Sekolah RSBI menjalankan kurikulum pendidikan dengan menggunakan kurikulum yang diakui secara Internasional. Siswa lulusan RSBI diharapkan memiliki kemampuan yang lebih untuk ikut berperan aktif di kehidupan nasional bahkan internasional kedepan. Tidak heran biaya untuk sekolah di RSBI pun tidak seperti di SSN yang cenderung lebih murah. Hal ini tentu disebabkan oleh berbagai fasilitas yang menunjang proses pembelajaran demi kenyamanan dan konsentrasi siswa. Alhasil lulusan siswa RSBI lebih banyak memiliki peluang untuk melanjutkan jenjang pendidikan yang diinginkannya karena mereka dianggap memiliki wawasan yang lebih baik. Namun tak dapat dipungkiri bahwa sekolah di RSBI akan memakan banyak biaya yang sering memberatkan orang tua siswa. Mulai dari uang gedung, SPP, praktikum maupun sumbangan lainnya yang memakan biaya tidak sedikit. Selain dari segi siswa yang berkompeten dalam bahasa asing dan biaya yang tinggi, dewan guru pun harus menguasai dan memahami kurikulum internasional yang dijalankan. Jika tidak, status RSBI akan sama saja dengan sekolah nasional lainnya. Dan itu akan sangat merugikan.
Sedangkan sekolah berstatus SSN menjalankan kurikulum nasional seperti yang telah ditentukan. Mata pelajaran yang diajarkan pun tidak berbeda dengan RSBI. Lulusan SSN tentu tidak jauh berbeda dengan lulusan sekolah RSBI. Mereka sama-sama lulus melalui ujian nasional yang diselenggarakan oleh negara. Hanya saja fasilitas yang disediakan di SSN sedikit berbeda, seperti ruangan yang tidak ber-AC demi kenyamanan siswa dan kelengkapan alat-alat praktikum yang berdampak pula kepada hasil kualitas kelulusan. Tidak salah lulusan RSBI lebih dipertimbangkan, tapi bukan berarti lulusan SSN tidak berkompeten. Sebenarnya hal utama yang mempengaruhi baik buruknya kualitas sekolah tergantung kepada siswa dan dewan guru, bukan fasilitas sekolah. Fasilitas lengkap namun tidak dijalankan sepenuhnya sama halnya dengan menghambur-hamburkan uang. Tentu saja itu sangat merugikan banyak pihak, baik siswa, guru, orang tua, bahkan pemerintah. Atau fasilitas yang tidak memadai ditambah dengan minat dewan guru dan siswa menurun untuk belajar akan semakin membuat dunia pendidikan kita merugi.
Pada akhirnya sekolah dengan status apapun harus berdasarkan kemampuan wawasan yang dimiliki. Sehingga status yang disandang oleh setiap sekolah bisa dipertanggungjawabkan dengan maksimal. Sekolah RSBI tidak bisa disamakan dengan sekolah terakreditasi-A. Tentu saja berbeda. Pro dan kontra tentang sekolah berstatus RSBI maupun SSN sebenarnya tidak perlu menjadi masalah yang besar selama hasil dari sistim pendidikan yang telah berjalan sesuai dengan yang kita harapkan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar